Pengorbanan
Terindah
BABAK I
Di kamar ayah dan ibu.
Adegan 1
Pak Edi terbaring lemah di
tempat tidur.
Pak Edi : Bu ... Ibu ...
(teriak bapak sambil batuk)
Adegan 2
Masuklah Bu Karisma ke kamar
tersebut.
Bu Karisma : Iya, ada apa,
Pak? (menghampiri dan duduk di kursi)
Pak Edi : Bapak waktunya minum
obat, Bu. Tolong ambilkan di atas meja.
Bu Karisma : Oh iya pak,
sebentar Ibu ambilkan (beranjak dari tempat duduknya)
Priyo yang kebetulan lewat di
depan kamar, sejenak berhenti di ambang pintu.
Adegan 3
Bu Karisma menghampiri dan kembali duduk
di bangku dengan membawa plastik kosong dan dompet.
Bu Karisma : Pak, ternyata
obatnya sudah habis. (tampak kebingungan)
Pak Edi :
Yaaah Bu. Perasaan kemarin masih ada.
Ya sudah, tolong bantu Bapak ke kamar mandi, Bu. (berusaha bangkit)
Bu Karisma : Iya Pak, mari.
(lalu keduanya hendak beranjak ke kamar mandi)
Adegan 4
Masuklah Priyo untuk membantu ibunya.
Priyo : Biar saya
saja, Bu. Mari, Yah. Saya bantu ke kamar
mandi. (menggandeng tangan ayahnya)
Pak Edi : Lho, kok kamu tau
ayah mau ke kamar mandi?
Priyo : Tadi saya kebetulan
lewat, Yah.
Adegan 5
Sementara Bu Kharisma merapikan tempat tidur, Priyo dan Pak Edi keluar
dari kamar mandi dan
memasuki kamar.
Pak Edi : Terima kasih ya, Nak.
Priyo : Iya, Yah. (berlari
menuju ke kamarnya sambil merenungkan apa yang baru saja Ibu dan Ayahnya
bicarakan)
BABAK II
Di suatu pekarangan rumah
warga.
Adegan 1
Priyo :
Oooooo, maju tak gentar pantang menyerah
tetap semangat. (menyanyikan lagu Bondan ft
Fade2Black sambil memunguti kayu bakar)
Adegan 2
Sigit dan Ivan yang kebetulan lewat di
depan pekarangan rumah tersebut hendak berangkat ke sekolah.
Ivan : Eh, Git. Itu
bukannya Priyo yah?
(mencolek-colek tangan Sigit)
Sigit : Iya bener, Van. Tapi ngapain dia pake’ baju seragam sambil munguti
kayu bakar segala?
Ivan : Ayo kita tegur dulu aja
dia..
Adegan 3
Ivan dan Sigit datang
menghampiri.
Ivan : Hey,
Yo! (melambaikan tangan)
Sigit : Ngapain kamu munguti kayu segala? Emang kamu nggak sekolah?
Priyo : Iya
nih, aku lagi mbantu Ibuku ngumpulin uang. Insyaalah hari ini aku nggak masuk.
Ivan :
Duwit? Buat apa? Kita kan masih kecil, nggak perlu mikir masalah duwit dulu kali.
(menertawakan Priyo)
Adegan 4
Priyo : (tersenyum lalu
meneruskan pekerjaannya) Ya nggak papa deh, kan niatku baik, Van.
Sigit : Kurang kerjaan banget sih kamu itu, kaya aku dong, duwit dari orang tua, tinggal pake, habis, minta lagi. (menertawakan Priyo lagi)
Priyo : Tiap orang kan
beda-beda. Aku anak orang nggak mampu, jadi harus berusaha lagi biar dapet
uang.
Adegan 5
Sigit dan Ivan pergi meninggalkan Priyo
Sigit dan Ivan : Emang iyaaa.
Priyo : astaghfirullah....
(menggelengkan kepala)
BABAK III
Di dalam kelas saat istirahat.
Adegan 1
Masuklah Satrio membawa permen dengan wajah bingung, lalu duduk di
bangkunya.
Satrio :
Hey, Nis ! Kamu tau ke mana Priyo? Sudah tiga hari dia nggak masuk sekolah.
(menoleh ke bangku belakang)
Anisa : Aku
nggak tau, Sat. Sakit mungkin. Tapi nggak juga sih, mana pernah si Priyo sakit sampai tiga hari kayak gini? Kalau
kamu, Fir? (wajah heran)
Firda : Aku
juga nggak tau Nis, Sat. (menggelengkan kepala) kamu tau, Ma?
Rahma :
Apalagi aku. (mengangkat bahu)
Adegan 2
Masuklah Ivan dan Sigit secara
tiba-tiba.
Ivan : Lhoh,
kalian nggak tau ke mana Priyo pergi ?
Satrio,
Anisa, Firda, Rahma : (menggelengkan kepala)
Sigit : Yaah, ketinggalan berita banget sih. Priyo kan kerja munguti kayu bakar, buat mbantu biaya
pengobatan ayahnya.
Satrio,
Anisa, Firda, Rahma : Haaaaaah?
Anisa : Kalian tahu dari mana ?
Sigit :
Kemarin, kemarinnya lagi, kemarinnya lagi, kami ketemu Priyo di pekarangan
sebelah sawah tuh lagi munguti kayu.
Anisa : Trus kalian bilang apa?
Ivan : Ya aku bilang aku banyak uang lah, nggak perlu mungutin
kayu bakar kaya dia. Kamseupay iuuuhhh...
Firda : Iiih, kamu jahat banget
sih, harusnya kamu mbantu kek, kasih semangat kek.
Malah mamerin kekayaan. Dasar... (merengutkan dahi)
Adegan 3
Bel berbunyi dan Bu Wily
memasuki ruang kelas.
Bu Wily : Sekarang kita mulai
pelajaran hari ini, buka halaman 21!
(Murid-murid kelas VIII-E mulai membuka buku pelajaran Bahasa Indonesia
masing-masing)
Adegan 4
Bu Wily menghampiri bangku di
mana Satrio dan Priyo duduk bersama
Bu Wily :
Satrio, kamu tahu ke mana Priyo? Sudah tiga hari ini ia tidak masuk ke sekolah.
Satrio : Emm…
anu Bu, Priyo itu...
Bu Wily : Priyo kenapa, Sat?
Satrio : Priyo tidak masuk karena
dia kerja untuk membeli obat-obatan ayahnya.
Bu Wily : Kamu tahu dari mana?
Satrio : Saya dikasih tahu Sigit
dan Ivan, Bu. Tetapi saya tahu di mana
rumahnya. Nanti sepulang sekolah saya akan berkunjung ke rumahnya.
Bu Wily :
Iya, bagus kalau begitu. Ibu akan ikut berkunjung bersama kamu.
Satrio :
Baik bu.
Adegan 5
Setelah Bu Wily beranjak, empat
anak itu melanjutkan percakapannya.
Firda : Eh, Sat. Aku, Rahma sama Anisa ikut juga boleh, kan?
Satrio : Dengan
senang hati, Fir. (memasang wajah tersenyum) Eh, kalian berdua! (memasang wajah masam)
Ivan
: Ya, ada yang bisa dibantu?
Rahma : Bisa
dibantu bisa dibantu, kalian berdua
harus ikut berkunjung ke rumahnya Priyo! Kalian nggak mikir apa kalau suatu saat orang tua kalian mengalami hal yang sama seperti orang tuanya
Priyo! Mau dapat uang dari mana kalian? Kalian harus minta maaf ke Priyo!
Sigit : Baiklah, maafkan aku ya, Ma, Fir, Sat, Nis. Aku nggak akan
ngulangi lagi kok. Janji.
BABAK IV
Di rumah
Priyo
Adegan 1
Mengetuk
pintu rumah Priyo
Bu Wily :
Assalamualaikum..
Bu Karisma :
Waalaikumsalam. Siapa? (teriak seseorang dari dalam rumah)
Bu Wily :
Saya, Bu Wily. Wali kelas dari Priyo.
Adegan 2
Pintu
dibuka.
Bu Karisma :
Oh.. silahkan masuk, Bu, Anak anak.
Satrio,
Firda, Anisa, Rahma, Sigit, Ivan : Terima kasih, Bu.
Bu Karisma : Silahkan duduk semuanya.
Adegan 3
Setelah semuanya duduk.
Bu Karisma :
Ada apa ya, kok ramai-ramai ke rumah? (wajah bingung)
Bu Wily :
Begini Bu, sudah tiga hari Priyo tidak masuk sekolah, saya mendengar cerita
dari anak-anak, katanya Priyo bekerja untuk membantu membeli obat ya?
Bu Karisma :
Iya, bu. Sudah
berkali-kali saya larang, tetapi Priyonya masih saja keras kepala.
Adegan 4
Masuklah Priyo tiba-tiba dari dalam
kamar ayahnya sambil menggandeng Pak Edi yang terbatuk-batuk lemah.
Priyo : Hai,
teman-teman.
Satrio,
Firda, Anisa, Rahma, Sigit, Ivan : Halo juga Priyo..
Priyo : Kalian apa kabar ?
Satrio,
Firda, Anisa, Rahma, Sigit, Ivan : Baik priyo..
Adegan 5
Priyo duduk
di antara ibu dan ayahnya.
Pak Edi : Terima
kasih telah menyempatkan datang kemari melihat
Priyo. Dia sudah
tiga hari tidak masuk sekolah
karena ia bekerja mencari kayu lalu dijual ke pasar untuk mendapat uang.
Sigit : Maafkan aku, Yo. Aku jadi mengerti kenapa kamu memunguti kayu sambil
mengenakan seragam. (tertegun melihat keadaan Ayah Priyo)
Rahma : Ivan, cepetan minta maaf ! (berbisik-bisik)
Ivan : Iya, Yo. Aku juga minta maaf. Lantas mau bagaimana lagi. Kamu tidak
ingin ayahmu jatuh sakit, tetapi kamu juga ingin bersekolah. Seharusnya aku tidak mengejekmu kemarin.
Priyo : Iya, nggak papa kok, Van,
Git.
Bu Wily :
Priyo, orangtuamu tidak pernah memamaksa kamu untuk bekerja. Ibu juga tidak
suka melihat kamu tinggal kelas. Mulai hari ini Ibu ingin kamu sekolah dengan baik. Kalau untuk biaya pengobatan
ayah kamu, ini ada uang dari teman-teman sekelasmu.
Priyo : Alhamdulillah,
terima kasih, Bu. Saya
berjanji, mulai besuk saya akan masuk sekolah seperti biasa.
Semenjak saat itu, Priyo tidak
pernah lagi bolos sekolah untuk bekerja. Dan kondisi ayahnya pun semakin
membaik.
TAMAT
mohon maaf jika ada kesalahan, terima kasih telah berkunjung :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar